jawaban gw tentang masalah “mencari hidup dalam cinta atau mencari cinta dalam hidup.” gw gak tau emang pemikiran gw yg jadi konvensional atau pemikiran gw yg semakin realis aja? kenapa?
dalam notes-nya ira di facebook, gw menyatakan kalau gw lebih milih “mencari cinta dalam hidup.” karena tanpa kehidupan tidak akan ada yg bisa merasakan cinta itu sendiri.
contoh gw simpel kok:
gimana kalau sebenarnya bukan lw yg dilahirkan di dunia? apakah lw bakal ngerasain cinta dari orang tua lw? nyatanya lw gak bakal merasakan itu. karena menurut gw, semua yg lw rasa itu bisa dirasa kalau lw udah punya andil dalam kehidupan ini.
dan sebagian besar yg ikut komen di –notes buatan ira itu, semua memilih hal yg sama dengan gw. dan emang alasannya gak jauh beda. kita bisa merasakan cinta kalau kita hidup.
TAPI, gw melihat pilihan yg beda dari munir. entah kenapa dia milih yg “mencari hidup dalam cinta.” munir sampai buat notes juga yg cuma buat ngasih alasan dia kenapa milih yg “mencari hidup dalam cinta.” great.
kalau gw lihat, itu seperti hanya sebuah pemikiran yg tanpa banyak nyata-nya. dan sebagian isinya juga agak melenceng dari pembahasan itu. atau emang mungkin dia memberikan suatu pengertian tentang arti cinta itu sangat luas.
emang cinta tidak dapat di-artikan, makanya yanes selalu menanyakan arti cinta. itu yg gw tau.
ok, kata munir, kita hidup karena cinta dari Allah, dari orang tua, dan dari lingkungan sekitar. tapi, kalau Allah gak menciptakan lw, dan gak memasukkan arwah lw ke rahim nyokap lw saat di kandung. apakah lw bisa merasakan itu cinta? apakah lw bisa berpikiran seperti itu? apalagi kalau sampai merasakan cinta dari lingkungan sekitar. toh, lw aja belum tentu bisa hidup kalau kejadiannya kayak gitu.
oiya, tentang cinta yg hanya sebagian.
emang gw gak terlalu ngerti masalah agama, jadi jangan mempertanyakan tentang kejadian kelahiran atau penciptaan manusia. hehe
balik yg tadi, lingkungan lw dalam artian orang-orang disekitar lw. apakah lw yakin kalau sekarang mereka cinta ke lw? apakah lw udah memberikan rasa cinta lw ke mereka tanpa membedakan gender?
banyak orang berpikiran kalau cinta itu semacam suatu hubungan antar gender. cuih, bagi gw cinta tu suatu hal yg tidak dapat diungkapkan dengan kata, dan gak bisa diberikan dengan mudah, seperti memberikan hadiah.
dan hampir 100%, gw yakin kalau lw belum bisa memberikan rasa cinta lw ke orang-orang sekitar lw. emang lw bisa ngebuktiinnya?
trus, apa lw yakin hidup lw gak kosong?
kalau lw emang hanya berpikir untuk “cara menjalani hidup” dan tidak memilih untuk hanya berpikir seperti para filsuf, buat apa lw nulis hal kayak gitu? bukannya itu pemikiran lw tentang hidup juga? berarti sama aja dong, lw juga masih berpikir saja.
apa jangan-jangan lw menganggap kalau facebook itu sebuah kehidupan? apa lw merasa facebook bisa hidup di-facebook? kalau emang kayak gitu, mendingan lw diam diri, di kamar atau di warnet, sambil ngenet, buka facebook aja, karena emang kehidupan lw di sana.
oiya, masalah cinta tapi hanya sebagian. itu lw bisa berpendapat seperti itu karena lw mengambil contoh bumi. tapi sebelumnya lw udah mengatakan kalau cinta itu luas. lw gak menyatakannya dalam ukuran yg pasti. kata “luas” bisa berbeda arti setiap orang. bagaimana bisa dinyatakan cuma sebagian kalau lw belum tau seberapa luas dari cinta itu sendiri.
buat ira, kenapa lw mengartikan hidup itu sebagai kebahagiaan? mungkin sebagian orang berpikir kalau gak bahagia berarti gak hidup, tapi apakah makna kehidupan cuma seperti itu aja? apa sebuah kesenangan dapat diartikan sebagai bahagia juga?
kalau emang lw mau tentang bahagia, seharusnya lw gak bilang masalah hidup. itu bisa ada berbagai arti. dan semuanya akan berbeda-beda.
dan masalah cinta dengan kasih juga, gw masih gak terlalu ngerti dengan apa perbedaan itu.
dan semua yg ada di Al-Qur’an, apa lw yakin dengan semua yg lw baca? emang lw tau kalau terjemahannya itu benar? apa lw gak pernah berpikiran kalau semua orang di dunia mengetahui hal yg salah, maka hal salah tersebut akan menjadi benar. karena tidak ada yg menyatakan salah.
itu bukan berarti gw gak percaya dengan Al-Qur’an, tapi belum percaya 100% kalau terjemahannya itu benar semua.
gw pernah merasakan suatu saat kehidupan gw kosong, gw hampir gak merasakan kebahagiaan yg biasa/hal baru yg gw dapat. tapi apa gw merasa gak hidup? GAK, gw tetap merasakan hidup. cuma, gw hanya gak merasakan rasa cinta/kasih/sayang/apapun lah itu. gw hanya merasa sendiri.
jadi dasar dari cinta/kasi/sayang/apapun itu adalah kehidupan. tanpa hidup lw gak bisa merasakannya.
gw gak bermaksud menyinggung siapapun, ini semua hanya pemikiran subjektif gw. tanpa banyak dipengaruhi orang lain. maaf kalau ada tersinggung.
